living in slow line

Tulisan ini untuk orang-orang di jalan yang sering membunyikan klaksonnya dan tidak pernah menggunakan kesabarannya dijalan...

Pelan itu indah Pak, saat saya meminjam sepeda single speed warna hijau milik kakak saya untuk gowes sore-sore. Pada awal perjalanan saya melaju dengan nafsu, harus cepat... karena melaju dengan cepat itu menyenangkan. Tetapii... yang terjadi adalah hub belakang selalu lepas dari pegangannya. Mungkin karena tidak tahan setelah saya abuse di tanjakan, pinjam kunci 14 dari bengkel motor kemudian saya lanjutkan perjalanan. Beberapa saat kemudian lepas lagi... gowes dengan cadence liar dengan maksud untuk melaju kencang tidak memungkinkan lagi, saya tidak suka ini. Setiap saya injak pedal untuk memulai cadence, berikut freewheel terlepas dari dudukannya.
Solusi saya kemudian gowes pelan!, ya... gowes pelan. Tekan pedal dengan kaki secara lembut. Alhasil di mulai dari caman menyusuri kali malang sampai ke pangkalan jati saya berjalan dengan lambat. Apakah saya membencinya karena berjalan dengan lambat dan berjalan dengan lambat itu sangat kontras dengan apa yang saya gemari?... tidak. Saya dapat menikmati pemandangan indah kali malang dari pinggir jalan... gowes perlahan-lahan, menjaga agar freewheel tetap di tempat dan entah kenapa saat itu menjadi sangat indah.

Pelan itu indah Pak, saya memakai dua jenis kendaraan bila berangkat ke kantor. Memakai sepeda motor dan sepeda, ya... sepeda!. Dari dua pilihan itu saya lebih suka sepeda. Kenapa saya pilih sepeda?, karena saya suka cadence?... FYI cadence itu gowesan atau genjotan. Tidak ada sensasi lain yang dapat menggantikan heart rate tinggi dan cadence dengan rpm tinggi. Tetapi... saya tidak dapat menikmati itu selalu, tidak setiap saat pada waktu gowes sepeda saya dapat menikmati sensasi itu.
Disaat gowes tenang itu lah yang menarik, bisa melihat kondisi sekitar dalam keadaan pelan. Saya dapat melihat anak kecil mengenakan baju ala ultraman yang sedang di tuntun oleh ibunya di trotoar, saya yakin entah bapak atau ibunya pasti penggemar ultraman. Menunggu lampu merah di pinggir trotoar, yang mana motorist roda dua sedang sibuk berebut jalan yang sebenarnya lampu lalu lintas masih merah. Hal ini sangat kontras bila saya memakai sepeda motor, saya harus konsentrasi melihat jalan. Walaupun saya terkadang tidak konsentrasi dan mengakibatkan saya tertidur.

Pelan itu indah Pak, ketika tanjakan, dimana saja, untuk berjuang sampai ke bagian atas tanjakan kita berjalan dengan pelan. Walaupun sangatlah keren sekali jika saya dapat melaluinya dengan cepat. Tetapi... apabila saya melewati tanjakan di daerah gunung atau perbukitan, saya akan sangat menyesal jika tidak dapat menikmati pemandangan yang di suguhkan. Apalagi bila saya sampai di puncak, ini seperti saya mendapatkan bayaran yang sangat berlebih atas apa yang saya lakukan.

Pelan itu tidak selalu indah Pak, saya dengan sepeda saya dapat dengan mudah mencapai 40kpj dalam waktu singkat, saya dapat melewati celah-celah sempit di antara mobil-mobil yang parkir di tengah jalan, dan saya dapat mengangkat sepeda saya ke atas trotoar, pembatas jalan, pot tanaman, dan.. you name it. Jadi, jangan membunyikan klakson ke saya... saya sangat tidak suka bunyi klakson.

Comments

Unknown said…
jadi ini toh yang bikin freewheel jebol... :P
inuinu said…
yak benerr... crank 52t-nya menggoda

Popular posts from this blog

benkyooo

blog is up

cosplay asik